Revitalisasi Bangsa Indonesia

Oleh: Andi Gunawan

Pada forum internasional barangkali Indonesia masih dihargai dan disegani sebagai salah satu negara yang bependuduk paling banyak, juga termasuk salah satu negara yang paling luas teritorialnya. Memiliki posisi strategis yaitu diapit oleh dua benua dan dua samudera, memiliki kekayaan alam yang berlimpah, berada di garis khatulistiwa dimana matahari bersinar sepanjang tahun. Memiliki kesuburan tanah yang baik untuk berbagai macam tanaman, alam yang mempesona baik pantai, gunung, hutan, lautan. Memiliki banyak suku bangsa dengan beragam adat dan kebudayaan. Dan sekarang ini, dengan adanya isu global warming, Indonesia termasuk pemain utama dalam menentukan arah dari isu tersebut.

Segala potensi yang dimiliki Indonesia seharusnya menjadi berkah bagi kesejahteraan penduduknya bukan malah menjadi bumerang yang menyebabkan Indonesia sebuah negara yang masih serba tertinggal dari negara maju dan minim prestasi. Kondisi ini menjadi sebuah tantangan bagi seluruh komponen bangsa untuk segera beranjak dari ketertinggalan tersebut.

Banyak cara yang bisa ditempuh untuk mengejar kemajuan dari negara-negara yang sudah maju, seperti meningkatkan kualitas pendidikan, memberi insentif bagi pengusaha meningkatkan etos kerja dan disiplin, belajar dari keberhasilan negara-negara maju sampai alih teknologi. Namun ada hal mendasar yang sangat penting dan harus dilaksanakan sebelum langkah-langkah di atas bisa terlaksana yang berfungsi sebagai fondasi kemajuan bangsa dan negara, yaitu ikatan bangsa Indonesia terhadap negaranya haruslah kuat, dan ikatan yang erat kuat ini harus menjadi komitmen yang tidak bisa ditawar, menjadi ruh bagi setiap gerak dan langkah bagi manusia Indonesia.

Yang dapat mengikat erat manusia (bangsa) Indonesia terhadap negaranya adalah mengenal Negara Indonesia sebagai tanah tumpah darah dengan sekenal-kenalnya (benar-benar kenal) sehingga manusia (bangsa) Indonesia mencintai negaranya, sebagaimana pepatah “Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta” jadi untuk mencintai harus kenal dulu. Apabila manusia (bangsa) Indonesia sudah cinta tehadap negaranya maka dapat dipastikan negaranya akan dibela dengan taruhan nyawa sekalipun, itulah wujud pengorbanan manusia yang cinta akan tanah tumpah darahnya. Karena cinta pula maka dalam keseharian akan selalu berfikir dan mencurahkan tenaganya untuk membangun negaranya bukan sebaliknya. Bentuk dari membangun tentu tidak hanya membangun sarana fisik saja namun termasuk juga pembangunan moral, diantaranya hidup berdisiplin, jujur, berlaku adil, hemat, berahlak mulia, semangat kerja tinggi, penuh daya cipta, kreatip dan sebagainya. Pembangunan moral sangat penting karena mampu memicu pembangunan secara fisik dan mempertahankannya.

Dewasa ini kecintaan manusia (bangsa) Indonesia kepada negaranya sudah mulai luntur, hal ini bisa kita lihat dari disiplin aparat pemerintah dan warga yang menurun, sikap hidup boros, tindakan anarkis, kasus suap yang sudah mengakar, tayangan televisi yang tidak pro pendidikan, aparat pemerintah yang tidak amanah, wakil rakyat yang tidak mewakili rakyatnya, hakim yang tidak adil karena menerima suap, korupsi berjamaah, illegal loging, pengedar dan bandar narkoba, aksi terorisme, kriminalitas semuanya itu sangat berpengaruh terhadap kehancuran bangsa dan negara. Tindakan negatip tersebut dilakukan oknum manusia Indonesia hal itu menunjukan ketidak cintaanya kepada negaranya, kalaupun oknum tersebut menyatakan cintanya tentu cintanya itu adalah palsu belaka, dan oknum tersebut harus diwaspadai. Oknum yang bisa diarahkan tentu itu lebih baik, tapi jika sudah melakukan tindakan kedua kalinya harus sudah dianggap sampah masyarakat atau bila perlu dihukum mati. Tidak perlu mengasihi manusia yang telah menghianati kemanusian, dengan berbuat jahat dan tidak terpuji berarti tidak mencintai hidup dan kehidupan, maka hidupnya bisa dianggap seperti hewan bahkan tidak pantas hidup di bumi. Bila orang jahat sudah tidak dipercaya, dipenjara atau dihukum mati tentu akan memberi kesempatan kepada generasi muda untuk berkembang dan berlaku hati-hati untuk tidak berbuat semena-mena, sebab generasi muda akan memperhatikan efek jera dari pendahulunya.

Untuk mengikat erat bangsa dan negara tidaklah mudah, kecintaan terhadap bangsa dan negara perlu ditanamkan terhadap anak-anak sejak usia dini dan diberi pehamaman secara terus menerus sehingga ke depannya anak-anak akan mempunyai jiwa patriot, mencintai dan membela bangsanya. Banyak hal yang perlu ditanamkan kepada anak-anak untuk mencintai bangsa dan negaranya. Hal yang paling mendasar dan perlu diutamakan adalah mengenal dirinya dan menjadi dirinya.

Dengan mengenal dirinya tentu akan mengenal tanah airnya, bangsanya, pemipinnya dan sudah tentu akan mengenal siapa Sang Maha Pencipta dan Pengatur Alam. Mengenal diri berarti memahami siapa dirinya, untuk apa ia diciptakan dan memahami apa yang menjadi tujuan hidupnya. Anak-anak akan menjadi tahu diri, bahwa dirinya adalah mahluk ciptaan Tuhan di alam yang sangat luas ini, paham akan hak dan kewajiban serta aturan-aturan yang ada.

Mengenal dan mencintai bangsa dan negara pada saat menginjak remaja dan jadi pemuda bisa dilakukan dengan latihan dasar kepemimpinan, pendidikan dan latihan bela negara, bahkan wajib militer ini sangat penting untuk mampu memompa rasa patriotisme, cinta tanah air, dan bela negara. Dengan demikian kepemimpinan yang ada sekarang tidak was-was memberikan tongkat estafet kepemimpinannya kepada generasi muda.

Efek dari kenal dirinya maka akan menjadi dirinya (paham jati dirinya), tentu saja menjadi orang yang berguna dan taat akan aturan Tuhannya sehingga dirinya akan diposisikan menjadi pengelola alam ini, sanggup berkorban, mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya, menjadi rahmat bagi seluruh alam, mengasihi dan mencintai sesama umat manusia. Harapan besar memang, tapi itu fondasi yang tidak bisa ditawar untuk membangun bangsa dan negara menuju kejayaannya bukan menjadi “negara gagal”.

2 respons untuk ‘Revitalisasi Bangsa Indonesia

Tinggalkan komentar