Hidoeplah Indonesia Raja

indonesia_jakarta-copyOleh: Achmadi

Jujur deh, saat ini saya tidak merayakan gaung dan semangat kemerdekaan negara dari masyarakat luas secara tulus. Mohon maaf kepada segenap sesepuh dan rekan sebangsa yang telah memberikan banyak hal demi kemajuan bangsa ini. Saya mungkin bisa dibilang egois, selama ini cuman pakai kacamata kuda, enggak nasionalis, parasit negara, ataupun berbagai sumpah serapah lainnya. Tapi setidaknya alhamdulillah saya masih bisa terus mencoba untuk jujur menyikapi berbagai kenyataan bahwasanya negara ini cukup pantas untuk dibilang bobrok dari berbagai sisi ( termasuk saya tentunya ) dan harus dibenahi sedikit demi sedikit.

Emang sih, mana ada sesuatu yang sempurna di dunia. Gak ada, none of them are perfect. Tapi paling enggak kan ada usaha untuk menuju ke arah perbaikan. Didats bilang para warga negara Kuwait mendapat perlakuan bak raja di negeri mereka sendiri, sampai mereka cenderung seenaknya dan kadang menganggap remeh bangsa-bangsa lainnya. Tapi apa yang terjadi dengan warga negara Indonesia ? Bahkan yang sampai menghambakan dirinya di negeri seberangpun mendapat perlakuan tidak layak dari rekan senegaranya (yang notabene cuman beda seragam) bilamana mereka kembali. Gak perlu saya ceritakan, silakan cari sendiri di Internet mengenai ketidakberdayaan negara ini dalam menghadapi tekanan bangsa lain dan perlakuan buruk lainnya soal nasib para TKI.

Singapura, negara seukuran kota yang tidak punya sumber daya alam melimpah dan pada awal perkembangannya hanya mengandalkan letak mereka yang strategis di kawasan Asia. Kini telah menjelma menjadi salah satu indikator Asia di mata dunia. Dengan berbagai strategi dan kebijakan mereka di segenap penjuru bumi, dengan jaringan kekuatan ekonomi dan investasi mereka di berbagai negara, mereka mampu membuktikan bahwa segala hal yang diawali dengan niat baik dan diiringi dengan konsistensi serta integritas akan selalu mendapat hasil yang memuaskan.

Indonesia gimana? Kapan kita bisa mulai dengan integritas dan konsistensi yang selalu kait mengait? Apakah kita hanya bisa reaktif bukannya proaktif dalam menyikapi berbagai tren dunia? Eh tapi orang-orang Indonesia urusan tren banyak yang enggak mau ketinggalan, dan sebagian dari mereka tuh gak pusing urusan materi loh. Gak percaya? Sedikit kilas balik beberapa minggu ke belakang, salah satu produsen telepon seluler besar di dunia merayakan pemunculan perdana salah satu produknya yang paling mutakhir dengan diiringi senyum puas di negara ini. Kok bisa? Batako yang dijejali teknologi tinggi tersebut laris manis ludes habis diborong. Harganya per unit sekitar 9 juta-an ( atau lebih ya? Lupa saya :p). Gak cuman itu lo, di luar banyak orang yang pengen masuk tapi ga bisa, dan mereka siap menawar lebih tinggi dari harga resmi.

Teman saya di Singapura juga bilang kalau apartemen-apartemen mahal di Orchard Road tuh banyak juga yang dimiliki orang Indonesia. Paradoks ! Mumet-mumet dah ! Jadi Indonesia tuh sebenarnya makmur atau miskin? Berdasarkan nalar saya yang masih setara binatang, kok rasanya negara ini cuman dimiliki oleh sebagian kecil manusia penghuninya ya? Jurang perbedaan diantara individu masih sangat lebar. Mungkin para cerdas pandai di Departemen Keuangan dan Biro Pusat Statistik mengetahui berapa banyak aset negara kita, dan aset-aset tersebut dikendalikan oleh siapa saja. Mbok ya kita diberi tahu, saya juga bayar pajak lo, sesuai ketentuan negara.

Kembali ke masalah integritas dan konsistensi, ada dulu pernah baca dimana gitu kalau ada seseorang yang notabene berasal dari luar negeri heran dengan perilaku orang-orang Indonesia. Dia sering menjumpai orang-orang yang nongkrong, ngerokok sambil ngopi di pinggir jalan, santai sekali. Dia mempertanyakan apakah orang-orang tersebut tidak memiliki suatu tujuan hidup? Apa mereka gak punya mimpi? Apa mereka tidak ingin hidup lebih baik? Dia membandingkan dengan apa yang terjadi di negaranya, dimana setiap orang seakan dikejar waktu, mereka memiliki semangat, tujuan, dan berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan tujuan tersebut. Kita gimana? Tanya ke diri sendiri deh, berapa banyak waktu yang dihabiskan sehari-hari untuk melakukan kegiatan ga membangun ( ngejunk misalnya ). Bandingkan dengan waktu produktif kita, silakan diitung sendiri hasilnya dan ditarik kesimpulannya. Belum lagi ditambah faktor konsentrasi dan totalitas kita dalam mengerjakan sesuatu. Ada lo orang yang kerjanya kelihatan rajin, tapi kok ga selesai-selesai. Pikirannya dibawa terbang ke negeri antah berantah, seperti saya misalnya. Terus ada juga orang yang ngakunya sih sebagai pelayan ataupun pengayom masyarakat, tapi kenapa untuk melakukan tugasnya, selalu saja ada pelicin yang harus ditambahkan. Jadi dimana integritas dan konsistensi kita selama ini?

Setelah banyak ngaca, jadi bisa dong kita tarik kesimpulan sendiri bahwa mungkin diri kita sebagai individu-pun masih jauh dari layak untuk berucap kata MERDEKA dengan ikhlas dan penuh semangat. Selama ini cuman ikut-ikutan sahaja, biar ngetren. Iya dong! Pertengahan Agustus tuh lagi tren dengan berbagai ungkapan nasionalisme, kemerdekaan, bela negara, bahkan ada pula yang coba ikut-ikutan ngetren dengan mempopulerkan temuan lagu Indonesia Raya versi “berbeda”.

Suatu saat nanti saya harus bisa berucap dalam hati HIDUPLAH INDONESIA RAYA dengan penuh khidmat, syahdu dan tulus. Saya ingin ucapan tersebut mengingatkan diri saya tentang apa yang telah saya berikan untuk INDONESIA tercinta selama perjalanan hidup terlewat. Hidup ini cuman sekali, kenapa cuman jadi sesuatu yang biasa? Jadilah sesuatu yang luar biasa, beyond expectation. Setidaknya masyarakat dunia tahu bahwa ada orang INDONESIA yang mampu menjadi panutan di dunia Internasional. Sedikit rasa kagum tersirat di benak manakala mendengar cerita masa lalu bahwasanya Bung Karno pernah dengan lantang dan berani menyerukan “Amerika Kita Seterika, Inggris Kita Linggis”, dan disambut dengan gegap gempita, padahal buat makan saja mungkin waktu itu susah sekali.

Langkah pertama yang coba saya terapkan adalah dengan sebisa mungkin mempergunakan barang-barang buatan bangsa sendiri. Kelihatannya Herry sudah memulainya dengan cara yang kurang lebih sama. Silakan gugling mengenai pendapat pribadi Warren Buffet soal pemakaian barang-barang bermerk.

Salam.

5 respons untuk ‘Hidoeplah Indonesia Raja

  1. Alhamdulillah ternyata masih banyak anak bangsa yang betul2 mencintai negaranya…Indonesia (dalam arti yg sesungguhnya). Saya ingat nama Bela Negara juga di pakai suami saya sebagai salah satu nama Partai..kemudian SBY mencanangkan hari Bela Negara..saya bangga. Kebanggaan itupun di tuangkan melalui lagu oleh suami saya dengan judul Bela Negara…apapun caranya ada banyak hal yg dapat kita kerjakan n lakukan sebagai wujud kecintaan kita terhadap negara …tetap semangat dan majulah Indonesiaku.

  2. Saya termasuk salah satu orang yang bingung dengan bangsa dan negara tercinta ini.
    kalau ditanya apakah saya cinta & bangga jadi orang Indonesia.. Saya Jamin SAYA 1000% cinta dgn Indonesia.
    Tetapi kalo melihat saudara sebangsa (yang jadi tokoh dan panutan negeri ini) & (saya tdk tahu apakah mereka juga mau mengganggap saya saudara….?? he..he )dengan kelakuan/tingkah laku kurang dewasa, suka saling menyalahkan, SUKA NGOREKSI ORANG tp tidak mau melihat diri sendiri……………
    terbersit dalam hati….. SADARKAH kalo mereka benar2 bisa dijadikan panutan….
    Maukah para tokoh kita memberikan sikap..sifat..tingkah laku..dll yang bisa menjadikan kita bangga punya pimpinan idaman…
    Sekali lagi bapak/Ibu pimpinanku tercinta..
    MAsih banyak orang Indonesia yang banggaaaaaaaaa dan kepinginnnnnnnnnn Kita jadi ORANG INDONESIA YANG TERHORMAT..
    Semangat INDONESIA-koe…….

  3. Membangkitkan semangat juang yang berlandaskan PANCASILA dan BHINEKA TUNGGAL IKA…? Aku juga bingung terhadap nasib negeri ini yang selalu jadi permainan dan tumbuhnya perekonomian di indonesia hanya sebuah pasar besar yang hanya dapat membuat masyarakat yang hanya di ajak konsumtif ? Ayo kita sama2x membangun ? Masyarakat kecil saling membuka lahan pekerjaan walaupun dari yang terkecil usaha mikro tetapi dari pemerintah atau negara juga dapat menumbuhkan lapangan pekerjaan yang bersifat besar bangun usaha produktif/pabrik itu harus nya kontrak politik antar negara dan rakyat, itu saran tapi Insya Allah kalau dimulai dari Pemilu ini maka bangsa Indonesia ke depannya Insya Allah akan jadi bangsa yang besar dan mulai di hargai kalau bangsa kita menjadi bangsa yang produktif….? MAKA AYO BUNG BERJIWA MEMBANGUN KITA SAMA-SAMA MEMBANGUN di mulai dari diri kita sendiri, dan saya sangat BANGGA JADI PUTRA BANGSA INDONESIA…? AKU CINTA SAMA NEGERIKU SENDIRI TERCINTA…YAITU…INDONESIA DI BAWAH BENDERA MERAH PUTIH…?

  4. Indonesia !!!!!!
    bagi saya negara ini yang paling saya cintai, dengan segala kelebihan dan kekurangannya,
    tidak ada yang bisa menyamai negeriku tercinta ini
    tanahnya, lautnya, udaranya, gunungnya, keramahannya, budayanya, bahasanya, alamnya. dan orang2nya
    semuanya adalah anugrah terindah,,dar TUHAN
    INDONESIA
    saya sangat sayang,,,,,
    tumpah daraku,,
    soal keterpurukannya saat ini, itu hanya tinggal tunggu waktu yang pasti INDONESIA luar biasa
    terus maju dan berjuang..
    anak-anak muda kita punya energi yang luar biasa so manfaatin
    keyyyy
    salam INDONESIA maju

Tinggalkan komentar